KARAKTERISTIK EKOSISTEM PERAIRAN MENGALIR


KARAKTERISTIK EKOSISTEM PERAIRAN MENGALIR
(STUDI KASUS : SUNGAI CIAPUS,Kuadran IV, Stasiun 34)

Kelompok 34*

*Ahmad Ibnu Riza (C54090029), Denny Sahala Seri (C54090037), Lia Badriyah (C54090008), Muhammad Mujahid (C54090070), Nando Ade Amarylly P., (C54090024), Sammy Lugina (C54090049)
Di bawah bimbingan : Abdul Basir (C34080040)




ABSTRAK

Praktikum Ekologi perairan bertemakan Karakteristik Ekosistem Perairan mengalir dilakukan ke Sungai Ciapus yang berlokasi di kabupaten Bogor. Praktikan melakukan praktek lapang  pada hari Minggu, 3 Oktober 2010 pukul 10.00 WIB sampai selesai. Praktikum dilakukan dengan menganalisis sampel yang dilaksanakan untuk pengambilan parameter yang ada di sekitar sungai. Dalam suatu perairan mengalir terdapat interaksi antara komponen biotik seperti zooplankton, bentos, nekton, neuston, perifiton, dan tumbuhan air dengan komponen abiotik seperti warna perairan, suhu, kecerahan,kedalaman, tipe substrat, kecepatan arus, lebar sungai dan lebar badan sungai. Perairan mengalir yang memiliki faktor-faktor yang berpengaruh berdasarkan literatur meliputi suhu, kejernihan, arus, konsentrasi gas pernafasan, dan kosentrasi garam biogenik. Dalam hal ini arus merupakan faktor pembatas yang paling mengendalikan di aliran air (Odum 1998)
Sungai Ciapus memiliki kedalaman berkisar antara 10 cm  – 150 cm , untuk warna yang ada di sungai ciapus yaitu warnanya coklat  kehijauan dengan tipe substrat batu-batuan. Suhu yang ada disekitar sungai berkisar antara 25-28 C, selain itu Sungai Ciapus juga memiliki lebar antara 10 m – 13 m dan lebar badan sungai mencapai 14 m – 15 m. Dalam pengukuran yang kecerahan air yang dilakukan mendapatkan bahwa kecerahan air di sekitar sungai berkisar antara 20 cm – 35 cm.

PENDAHULUAN

Perairan mengalir merupakan perairan terbuka yang dicirikan dengan adanya arus, perbedaan gradien lingkungan dan interaksi antara komponen biotik dan abiotik yang ada di dalamnya. Perairan mengalir memiliki ciri-ciri, yaitu mengalir searah, debit air yang fluktuasi, bentuk yang memanjang, dasar dan tepian yang tidak stabil, dan kedalamannya relatif dangkal. Pada ekosistem ini, dasar perairan merupakan hal yang penting sekaligus menentukan sifat komunitas serta kerapatan populasi dari komunitas. Dasar perairan yang keras terutama yang terdiri dari batu merupakan habitat yang baik bagi organisme untuk menempel atau melekat (Odum, 1998). Air mengalir (habitat lotik), contohnya mata air, aliran air atau sungai selokan dan sebagainya.

     Sungai Ciapus merupakan perairan mengalir atau habitat lotus. Banyak faktor-faktor pembatas yang cukup penting pada habitat air tawar, yaitu suhu, kecerahan, arus, konsentrasi gas pernafasan dan konsentrasi garam biogenik. Dalam perairan mengalir memiliki suhu yang rendah karena ada degradasi suhu semakin ke tengah semakin dingin, adanya sirkulasi air yang menyebabkan banyak terkandung oksigen. Kejernihan air yang baik dibandingkan dengan di perairan menggenang,tetapi tergantung juga dari sumber limbah yang mencemarinya ,semakin banyak limbah yang terdapat di sungai tersebut, maka semakin keruh perairannya, mempunyai arus, dan biasanya organisme yang menempatinya mempunyai adaptasi khusus dalam mempertahankan diri dalam melawan arus. Beberapa di antaranya adalah melekat permanen pada substrat yang kokoh seperti batu, batang kayu, atau massa daun. Tanaman produsen utama dalam aliran air ini berupa ganggang hijau yang melekat, seperti Cladophora , yang mempunyai serabut panjang, diatomae yang bertutup keras yang menutup berbagai permukaan, dan lumut air. Selain itu, sejumlah binatang yang hidup di aliran deras mempunya,
kaitan dan penghisap yang memungkinkan mereka untuk berpegang pada permukaan yang tampaknya halus. Memiliki permukaan bawah yang lengket untuk menempelkan dirinya seperti siput dan cacing pipih. Hampir seluruh organisme yang hidup pada habitat air mengalir dari larva serangga sampai dengan ikan mempunyai bentuk yang stream line. Bentuk badan seperti ini akan mengakibatkan tekanan minimum dari arus air yang melewatinya. Pada habitat air mengalir dijumpai pula oranisme-organisme yang bentuk badannya pipih sehingga memungkinkan kelompok ini berlindung di bawah atau di celah-celah batu. Rheotaxis positif (organisme yang mampu melakukan pengaturan terhadap arus), Thigmotaksis positif merupakan kelompok pada habitat air mengalir yang mempunyai pola tingkah laku yang diturunkan untuk melekat di dekat permukaan atau menjaga diri agar tetap dekat dengan permukaan (Odum, 1998).
 Tujuan Praktikum ini adalah mengenal karakteristik perairan mengalir khususnya sungai Ciapus dan memberikan suatu gambaran kepada masyarakat sekitar bahwa sudah berapa jauh sungai tersebut mempunyai tingkat pencemaran yang terjadi sehingga dapat menyadarkan masyarakat umum untuk selalu menjaga lingkungan mulai dari sekarang dengan tidak membuat pencemaran di perairan mengalir seperti di sungai Ciapus. Dalam kehidupan makhluk hidup, sungai dapat berfungsi sebagai irigasi, pemenuhan kebutuhan air minum, tempat mandi, cuci, kakus, sumber daya perikanan, sebagai media transportasi air, dll. Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui karakteristik ekosistem perairan mengalir dengan parameter fisika, kimia dan biologi. Serta untuk mengenal dan mengamati komponen-komponen yang ada di perairan mengalir

BAHAN DAN METODE

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data sebagai berikut, sarung tangan karet fungsinya untuk menghindari dari berbagai bakteri yang berbahaya bagi praktikan. Sikat gigi  berfungsi untuk mengambil sampel yang disikat dengan luasan bidang kerikan tertentu.Transek berfungsi sebagai pembatas stasiun dalam pengambilan sampel. Termometer digunakan untuk mengukur suhu air di setiap substasiun yang dilakukan pengamatan, cara penggunaannya sebagian batang thermometer dimasukkan dalam air lalu lihat besar suhu yang sudah di tunjukkan pada thermometer tersebut tanpa mengangkatnya ke atas permukaan air. Sedangkan botol film sebanyak enam buah dipakai untuk meletakkan sampel yang sudah didapatkan dari setiap substasiun, setelah mengetahui substrat yang ada lalu dimasukkan ke dalam botol dan di beri larutan lugol untuk perifiton dan plankton, sedangkan formalin 4% diberikan untuk bentos,nekton, dan neuston. Serokan untuk menangkap nekton dan neuston yang ada di setiap substasiun. Aquades dipakai untuk mencuci sikat dan mempermudah mencari perifiton. Secchi disk berfungsi untuk mengukur tingkat kecerahan cahaya matahari yang ada dalam air. Secchi disk setelah dimasukkan dengan paralon  ukuran 1 inchi 1 m dan diikat dengan tali rafia, lalu dimasukkan dalam air ketika pertama kali secchi sudah tidak tampak dari permukaan dicatat berapa kedalamannya dan didapatkan d1, setelah itu diangkat secara perlahan sampai awal terlihatnya secchi disk sampai awal terlihat sehingga di dapatkan d2. Kertas label digunakan untuk memberikan tanda pada setiap sampel yang ada, penggunaannya setelah mengetahui karakteristik organismenya kita catat pada kertas label. Spidol permanen untuk memberikan tanda paralon yang berukuran 3 inchi 3 m. Tali rafia berguna untuk mengikat secchi disk pada paralon. Paralon sepanjang 3 inci 2 m berfungsi untuk mengukur kedalaman air dan untuk mengambil substrat yang ada pada dasar Sungai Ciapus yang sudah ditentukan setiap substasiunnya, penggunaannya masukkan paralon sampai ke dasar tapi masih dalam daerah stasiun, setelah sampai dasar catat kedalaman yang ada dengan melihat ukuran pada paralon tersebut. Paralon sepanjang 1 inci 1 m sebagai penyangga secchi disk pada saat mengukur kecerahan air. Surber adalah alat yang digunakan untuk mencari organism bentos yang ada di perairan mengalir, dengan meletakkan surber ke dasar sungai dan menggesek-gesekkan substrat yang ada di dalam kotak surber. Bola pingpong untuk mengukur kecepatan arus yang ada di sungai tersebut. Roll meter yang menggunakan tali raffia digunakan untuk mengukur lebar sungai dan lebar badan sungai.

Pengambilan sampel di lapangan
Praktikum ekologi perairan ini, praktikan mengambil sampel dari Sungai Ciapus, Kabupaten Bogor. Parameter yang digunakan dalam pengambilan sampel pada praktikum ini adalah parameter fisika, parameter kimia, dan parameter biologi.
Parameter Fisika yang diamati antara lain  warna perairan, tingkat kecerahan, suhu, kedalaman,tipe substrat, kecepatan arus, debit sungai, lebar sungai, dan lebar badan sungai. Warna air yang diamati dengan melihat lingkungan di sekitar sungai, warna perairan tampak dan warna perairan asli yang menjadikan pedoman dalam mengamati warna air pada sungai ciapus. Tingkat kecerahan dapat diukur dengan menggunakan secchi disk. Pertama ikatkan secchi disk dengan tali rafia, lalu dimasukkan ke dalam paralon 1 inch 1m. Kemudian, masukkan ke dalam area transek kuadrat dan lihat skala yang ditunjukkan pada saat warna putih menghilang dan muncul kembali. Suhu diukur dengan menggunakan thermometer di tiga tempat pada setiap sub stasiun dan catat hasilnya. Kedalaman perairan diukur dengan cara paralon sepanjang 2 m 3 inch dimasukkan sampai dasar perairan, lalu catat skalanya. Ulangi sampai 3 kali pengambilan pada sub stasiun disetiap tempat yang berbeda Tipe substrat mempengaruhi kelangsungan hidup organisme yang hidup di perairan tersebut. Pengamatan tipe substrat dilakukan dengan mengambil contoh substrat di dasar perairan. Substrat yang diamati pada praktikum kali ini berupa batu-batuan. Kecepatan arus diukur menggunakan bola pimpong yang diisi oleh air setengah dari volume bola pingpong, yang bertujuan untuk menyesuaikan aliran arus sungai dengan menggunakan transek kuadran, lalu dihitung dengan menggunakan stopwatch.
Parameter kimia dalam praktikum ini adalah pH. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH stick yang dicelupkan ke dalam permukaan air Sungai Ciapus di area transek, lalu cocokkan warna dengan warna yang ada pada kotak pH stick.
Parameter Biologi terdiri dari plankton, neuston, perifiton, nekton, dan bentos. Alat yang digunakan dalam pengambilan plankton adalah ember, plankton net dan botol film. Caranya, ambil air dari sub stasiun ke dalam plankton net lakukan 10 kali. Sedangkan untuk pengambilan neuston digunakan serokan. Caranya dengan menyerok neuston yang ada di permukaan perairan. Pengambilan perifiton, alat yang digunakan adalah cutter. Caranya dengan mengambil bebatuan atau kayu yang berada di dasar perairan kemudian batu atau kayunya di cutter untuk mengambil perifiton. Pengambilan nekton, alat yang digunakan adalah serokan. Pengambilan bentos di ambil dengan menggunakan alat surber. Pengambilan bentos ini dilakukan dengan cara surber dimasukkan ke dasar perairan dengan bukaan alat berlawanan dengan arah arus. Kemudian dasar permukaan sungai yang ada di wilayah persegi surber  tersebut diaduk-aduk agar bentos tersaring dalam surber. Di sungai Ciapus praktikan tidak menemukan bentos, nekton dan neuston.

Analisis Laboratorium dan Data

                 Analisis yang dilakukan di laboratorium meliputi analisis sampel biologis dan analisis data sebagai berikut :
I.    Analisis sempel biologis

a.      KELIMPAHAN PLANKTON 

N=Oi x Vr x 1 x n
    Op   Vo   Vs  xP
Keterangan :
      
             N          : Kelimpahan Plankton (ind/L)
                    Oi         : Luas gelas penutup (mm2) = 324 mm2
                    Op        : Luas satu lapang pandang (mm2) = 1,306 mm2
                    Vr         : Volume botol contoh hasil saringan (ml) = 30 ml
                    Vs        : Volume air yang disaring (L) = 100 L
                    Vo        : Volume 1 tetes air contoh (ml) = 0,05 ml
                     n          : Jumlah plankton yang tercacah
                     P          : Jumlah lapang pandang = 5
                     x          : Jumlah pengulangan 

b.   KELIMPAHAN PERIFITON
           N=Oi x Vr x 1 x n
              Op   Vo   Vs  xP

Keterangan :
                                    Oi         = luas gelas penutup  (324 mm2)
                                    Vr         = Volume botol contoh (30 ml)
                                    Op         = luas sudut lapang pandang (3,06 mm2)
                                    Vo        = Volume satu tetes contoh (0.05 ml)
                                    A           = Luas bidang kerikan (4cm2)
                                    x           = jumlah ulangan (3)
                                    P           = Jumlah lapang pandang (5)    
                                    n           = jumlah perifiton tercacah

c.     KEPADATAN BENTOS
                                   X = x
                                        nM
                                   
                        Keterangan :
                                       X          : Kepadatan bentos (ind/m2)
                                       x          : Jumlah individu per satuan alat (ind)
                                       M         : Luas bukaan mulut alat (62x10-4 m2)
                                       n          : Jumlah pengulangan

I.    Analisis data
a.     KECERAHAN PERAIRAN (m)



 

Kecerahan = di + d2
                                                                                     2

      
                        Keterangan :
      
                 d1        : Titik dimana secchi disk mulai tidak terlihat ketika dibenamkan (m)
                        d2        : Titik dimana secchi disk mulai terlihat ketika diangkat (m)

           
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lingkungan Perairan
Tabel 1. Parameter Fisika Kimia Ekosistem Perairan mengalir sungai Ciapus

 

PARAMETER
Unit
SS1*
SS2*
SS3*
FISIKA
Warna Perairan
Stasiun 34
Coklat kehijauan
Coklat kehijauan
Coklat kehijauan

Tipe Substrat
Stasiun 34
Batuan
Batuan
Batuan

Suhu (oC)
Stasiun 34
27
26
25

Kecerahan
Stasiun 34
20
30
60

Kedalaman (cm)
Stasiun 34
20
30
60

Kecepatan (m/s)
Stasiun 34




Debit air (m)
Stasiun 34




Lebar sungai (m)
Stasiun 34
18,5



Lebar badan sungai (m)
Stasiun 34
22


KIMIA
pH

Stasiun 34
7
 
*SS : Sub Stasiun
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat kesamaan pada warna perairan sungai di setiap stasiun. Kesamaan  warna perairan sungai dikarenakan substrat pada perairan sungai hampir sama dan materi yang terbawa oleh arus dari hulu tidak jauh berbeda pada setiap stasiunnya. Selain itu, letak setiap stasiun berdekatan satu sama lain sehingga warna perairan tidak memiliki perbedaan. Suhu memiliki perbedaan yang tidak signifikan di tiap stasiun memiliki perbedaan 1 oC dengan begitu suhu bisa dikatakan berbeda setiap wilayahnya karena adanya arus air yang tidak sama dan keadaan cuaca di sekitar sungai. Suhu baik bagi organisme untuk berkembang adalah suhu yang berkisar antara 23-35°C (Odum,1971) Pada SS1 memiliki kedalaman yang dangkal. sedangkan SS2 dan SS3 memiliki kedalaman yang lebih dalam. Kedalaman tiap stasiun berbeda-beda ini dikarenakan semakin ke tengah maka dasar perairan akan semakin dalam. Kecepatan arus pada SS2 lebih cepat dibandingkan dengan SS1 dan SS3 disebabkan tiap-tiap stasiun memiliki kemiringan, kekasaran, kedalaman, yang berbeda. SS2 merupakan wilayah yang berada di samping tepid dan arus yang ada cukup besar. Kecepatan arus ditentukan oleh kemiringan, kekasaran, kedalaman, dan kelebaran dasar sungai (Odum,1998). Lebar sungai untuk sungai Ciapus adalah 15 meter dan untuk lebar badan sungai sebesar 18 meter.
 
Biologi
Parameter biologi
Plankton

Plankton adalah organisme yang umumnya melayang dalam air memiliki kemampuan ruang yang sangat lemah dan distribusinya dipengaruhi oleh gerakan massa air. Plankton terdiri fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskropis yang melayang-layang di dalam air, mempunyai klorofil sehingga mampu berfotosintesis. Zooplankton berenang aktif secara vertical akan tetapi tidak mampu bergerak melawan arus. Oleh karena itu jumlah plankton di perairan mengalir sangatlah jarang.


Spesies*
SS1
SS2
SS3
Fitoplankton
Anlosudesmus
99
-
-

Botryococcus
99
-
-

Chaetophora
Closterium
Coelosphaerium
Coleostrum
Desmidium
Drapalnaldia
Genicularia
Lacrymania
netrium
Navicula
Nitxchia
Microspora
Pediastrum
Penium
Polycystis
Spirostomum
Stanfastrum
Stylonichia
Synedra
Tetrapedia
-
99
396
99
99
198
99
-
-
496
-
-
99
99
-
99
198
99
99
-
198
198
297
-
-
-
-
99
-
99
198
198
-
-
793
-
-
198
-
-
-
-
-
-
-
-
99
-
99
-
1043
-
-
-
-
99
-
99
-
99
TOTAL

2377
2278
1538
Zooplankton
Closterium
Euglena
Entosiphon
Gonatozigon
Naegleria
Sorastrum
Phormidium
          99
297
99
         297
99
279
297
          -
99
198
99
-
-
595
           -
99
-
-
-
99
297
TOTAL

1485
991
495



Kelompok
Kelimpahan Total (Ind/L) Fitoplankton
Kelimpahan Total (Ind/L) Zooplankton
S1
S2
S3
S1
S2
S3
13
14
15
33
99
792
695
198
0
198
794
99
0
1387
1092
0
99
297
0
0
0
0
0
0
0
198
0
0
34
2377
2278
1538
1485
991
495
35
1984
1488
694
0
99
198
36
396
396
396
0
0
0
Total
6541
5253
5107
1881
1090
891

Kelimpahan fitoplankton
Kelimpahan zooplankton


Plankton merupakan organisme yang hidup di kolom perairan. Pergerakannya mengikuti arah arus perairan. Jumlah plankton tergantung dari suhu, jumlah sinar matahari yang masuk, kandungan bahan organic dan anorganik. Pada kuadran IV jumlah plankton baik perifiton dan zooplankton pada setiap kelompok berbeda. Hal ini disebabkan oleh keadaan arus di perairan mengalir.  Pada perairan mengalir plankton jarang ditemukan bahkan tidak ada dari aliran air, karena organisme seperti ini tidak tahan oleh arus, plankton akan hidup hanya pada bagian aliran air yang bergerak perlahan dan di sungai yang besar plankton dapat berkembang biak dan menyatu sebagai bagian dari komunitas (E. P. Odum, 1998). Peranan plankton di perairan sangat penting karena plankton merupakan pakan alami bagi ikan kecil dan hewan air lainnya. Plankton merupakan mata rantai utama dalam rantai makanan di perairan. Plankton dalam suatu perairan mempunyai peranan yang sangat penting. Plankton terdiri dari fitoplankton yang merupakan produsen utama dan dapat menghasilkan makanannya sendiri dan merupakan makanan bagi hewan seperti zoo, ikan udang dan kerang melalui proses fotosintesis dan zooplankton yang bersifat hewani dan beraneka ragam.

Perifiton
Perifiton adalah organisme yang tumbuh dan menempel pada objek yang tenggelam. Perifiton merupakan hewan yang ukurannya sangat kecil (mikroskopis), oleh karena itu perifiton tidak dapat dilihat oleh mata tanpa bantuan mikroskop. Semakin banyak kadar sinar matahari yang masuk ke dalam perairan, maka kegiatan produksi akan semakin banyak. (Sugiarto Suwingyo, et al, 2005). Dalam perairan mengalir perifiton melekat pada substrat yang kokoh yang ada di sungai seperti batu, batang kayu, atau masa daun.


Spesies*
SS1
SS2
SS3
Perifiton
Closterium
Lucydium
Nitxschia
Polycystis
Rivularia
Tetraspora
7116
-
1186
-
197
1383
3162
197
1581
-
-
3162
1186
-
2174
197
-
197
TOTAL

9882
8102
3754


Kelompok
Kelimpahan Total (Ind/L) Perifiton
S1
S2
S3
13
14
15
33
36
1158
21831
7440
9
1188
19864
19840
18
396
9923
2480
34
9882
8102
3754
35
4961
22327
4961
36
19845
24808
27288
Total
65153
96138
48820

Perifiton
Berdasarkan grafik di kuadran IV perbedaannya sangat jauh berbeda, kelompok tiga belas dan empat belas bisa dikatakan sama tapi dibandingkan dengan kelompok lain pada kuadran IV sangat jauh berbeda kelimpahannya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan ini, salah satunya karena perbedaan cara pengambilan sampel oleh praktikan lain.  Factor lainnya adalah perbedaan luas bidang kerikan pada sikat yang digunakan oleh praktikan lain. Dapat di simpulkan di kuadran IV kelimpahan perifiton cukup banyak.

Benthos
Bentos merupakan organisme yang melekat  pada substrat. Bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.  Bentos biasanya hidup di substrat seperti lumpur maupun pasir.  Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro.  Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993).

 

Kelompok
Kepadatan Total (Ind/L) Bentos
S1
S2
S3
13
14
15
33
0
180
0
73
0
40
0
73
0
30
0
0
34
0
0
0
35
4961
22327
4961
36
45
22
55
Total
5259
22462
5046

Kepadatan total bentos




 
Berdasarkan grafik kepadatan bentos kuadran IV hanya kelompok tiga puluh lima yang mendapatkan bentos. Dapat disimpulkan bahwa kelimpahan bentos di kuadran IV hanya terdapat di beberapa lokasi karena memiliki perbedaan tipe substrat di setiap stasiun. Di perairan mengalir bentos dikatakan jarang karena sifat bentos yang harus menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar. Keberadaan bentos juga dapat dipengaruhi oleh ada banyaknya komponen makanan yang dibutuhkan bagi bentos.

Nekton dan Neuston

Nekton adalah organisme yang hidup di kolom air sedangkan neuston adalah organisme yang hidup di atas permukaan air. Pada saat praktikum tiadak terdapat nekton dan neuston karena air yang mengalir terlalu deras dan dangkal dan juga organisme tersebut telah pergi pada saat praktikan turun ke lapang. Dan bidang pengamatan yang terlalu sempit sehingga untuk mengambil nekton dan neuston terbatas. Praktikan tidaqk menemukan nekton dan neuston pada kuadran IV.

Tumbuhan air
Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan di dalam air. Yang berfungsi sebagai produsen penghasil energi. Tumbuhan air dapat dikelompokkan menjadi terrestrial plants adalah tumbuhan air yang seluruh organ tubuhnya belum tertutup oleh air, emerged plants adalah tumbuhan air yang akarnya berada dalam air dan bagian lainnya berada dipermukaan air, floating plants adalah tumbuhan air yang bagian akar dan batangnya berada dalam air , sedangkan daunnya mencuat ke permukaan air, dan submerged plants adalah tumbuhan air yang seluruh bagian tubuhnya berada dalam air (E. p. Odum, 1971). Tumbuhan air jarang sekali ada pada perairan mengalir sehingga pada kuadran IV tidak menemukan banyak tumbuhan air.




INTERAKSI KOMPONEN ABIOTIK DAN BIOTIK
Interaksi antara komponen abiotik dengan biotik
Interaksi komponen abiotik dan biotik sangatlah berpengaruh dalam suatu ekosistem. Komponen abiotik yang merupakan komponen tidak hidup seperti arus, kecerahan, temperatur suhu, pH (parameter  fisika dan kimia), sedangkan komponen biotik yaitu komponen hidup yang terdiri dari zooplankton, fitoplankton, ikan, bentos, dan sebagainya (parameter biologi). Dari kedua komponen tersebut bisa dikatakan dapat membentuk suatu ekosistem dengan saling mengaitkan antara komponen biotik dengan abiotik, contohnya seperti ikan yang berlindung di balik batu agar tidak terbawa arus air sungai, batu yang ditumbuhi lumut juga bisa dikatakan contoh interaksi karena lumut yang menempel di batu nantinya akan dimakan oleh ikan yang hidup di sungai tersebut.


Interaksi antar komponen biotik penyusun ekosistem perairan

Hubungan yang terjadi antara komponen biotik untuk menyusun ekosistem lingkungan akan menyebabkan adanya aliran energi dalam suatu ekosistem tersebut, Dalam ekosistem itu juga dapat timbul  suatu struktur, tingkat trofik dan keanekaragaman biotik pada ekosistem yang ada pada lingkungan tersebut. Sehingga dengan adanya interaksi-interaksi yang ada pada lingkungan itu akan menimbulkan suatu keseimbangan antara komponen-komponen yang ada dalam ekosistem tersebut. Dan apabila suatu ekosistem tidak bisa melakukan keseimbangan maka ekosistem tersebut akan terjadi dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan yang baru. interaksi biotik & abiotik Pada interaksi ini terdapat beberapa siklus. Karena siklus merupakan kombinasi antara lingkungan abiotik dan biotik. Adapun siklus yang dimaksud ialah siklus air,karbon,dan oksigen. Semua interaksi ini tentunya amat penting karena mendukung sekali keterlangsungan hidup di bumi.
Interaksi yang terjadi antara organisme dan komponen abiotiknya adalah saling bergantung satu sama lain. Sedangkan interaksi negatif terjadi apabila terpengaruh limbah pertanian atau limbah domestik (Poltek IPB, 2009). Organisme dapat digunakan sebagai indikator lingkungan karena kehidupan organisme mempunyai daya tahan dan adapatasi yang berbeda-beda antara jenis yang satu dan jenis lainnya. Diantaranya ada beberapa jenis yang tahan dan ada yang tidak tahan terhadap kondisi lingkungan, sehingga jenis-jenis yang mempunyai toleransi tinggi meningkat populasinya. Adanya toleransi menyebabkan adanya kehadiran dan ketidakhadiran organisme, yang dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan.


KESIMPULAN
Komponen-komponen penyusun ekosistem perairan mengalir di sungai  terdiri dari perifiton, plankton(zooplankton dan fitoplankton), bentos, neuston, nekton. Perifiton adalah organisme yang menempel pada benda atau biasanya bebatuan yang berada di dasar sungai, plankton merupakan organisme yang sangat berpengaruh dalam keseimbangan ekosistem perairan, hidupnya melayang-layang mengikuti arus perairan. Bentos adalah organisme yang hidupnya di dasar perairan contohnya kerang, neuston sebaliknya hidup di permukaan air, sedangkan nekton organisme yang hidup bebas tidak dipengaruhi oleh arus air. Dengan melihat berbagai komponen penyusunnya maka dapat dikatagorikan bahwa ada faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terangkum dalam parameter biologi yang terdiri dari plankton (zooplankton dan fitoplankton), bentos, ikan, dan sebagainya, sedangkan faktor abiotik terdapat parameter fisika dan kimia terdiri dari kecerahan,suhu kedalaman, pH. Ekosistem sendiri akan terbentuk jika faktor biotik dan abiotik saling berinteraksi dan seimbang sehingga dengan begitu akan terbentuknya aliran energi yang berguna untuk kelangsungan ekosistem yang ada.
            sungai Ciapus merupakan sungai yang masih dibilang sungai yang bersih. Kenapa di katakana masih bersih karena dari berbagai komponen yang ada masih banyak yang baik. Sepeti warna sungai yang masih belum banyak tercemar limbah, sampah-sampah yang tidak banyak mengganggu arus sungai kecerahan warna yang masih terbilang bagus. Dan masih banyak kegunaannya. Walaupun belum ada upaya dari masyarakat untuk memanfaatkan sungai Ciapus sendiri. Sungai Ciapus juga digunakan sebagai sumber air dari berbagai asrama putra dan ke perumahan dosen itu juga menandakan sungai Ciapus masih baik.


DAFTAR PUSTAKA
Odum, E.p.1998. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga.Gajah Mada University press:Yogyakarta
Odum,  E.p.1971. Fundamental Of  Ecology.third Edicion. W.B. Saunders Company. Philadelphia. 574 p
Suwigyo, Sugiarti. Widigdo, Bambang. Wardiatno, Yusli. dan Krisanti, Majariana. 2005      Avertebrata Air. 1st ed. Penebar Swadaya. Jakarta